This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 19 Oktober 2011

Belajar Memiliki Pribadi yang Asyik dan Menarik

☆♥ ..☆♥..(¯`*•.¸☆♥♥☆¸.•*´¯)..☆♥..☆♥.


Belajar Memiliki Pribadi yang Asyik dan Menarik


☆♥ ..☆♥..(¯`*•.¸☆♥♥☆¸.•*´¯)..☆♥..☆♥.


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Sahabat saudaraku fillah...


Orang yang memiliki kepribadian yang baik amat menarik dan menjadi dambaan banyak orang karena untuk membentuk pribadi yang demikian tidaklah mudah, namun demikian janganlah berputus asa. Sedikit demi sedikit marilah kita berbenah diri agar memiliki pribadi yang menarik. Pribadi yang asyik dan menarik itu seperti apa?


1. Beriman dan bertaqwa


Orang yang beriman dan taat menjalankan perintah Allah akan terlihat dari pancaran cahaya wajahnya dan terwujud dalam perilaku yang baik.


2. Bertanggung jawab dan suka menolong sesama terutama saat dibutuhkan tanpa mengharapkan imbalan dalam hal sekecil apapun.

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Jika melakukan kesalahan dia bersedia mengakuinya dan segera memperbaiki kesalahannya itu. Orang yang bertanggung jawab dan suka menolong biasanya diperlukan banyak orang.


3. Berpikir positif

Orang yang berpikir positif akan melihat sisi baik dalam banyak hal karena di balik setiap peristiwa ada hikmah terindah yang Allah berikan.


4. Tidak sering protes


Apabila mengharuskan protes bicaralah baik- baik, jangan dilakukan di depan umum. Kadang orang tidak melihat harta, pangkat dan kedudukan kita tapi melihat bagaimana sikap kita dalam menghadapi banyak hal. Orang yang suka protes apalagi di depan umum akan menyebabkan suasana tidak nyaman, menimbulkan kemarahan, menunjukkan betapa rendahnya kualitas diri kita dan menimbulkan kebosanan dari orang lain.


5. Rendah hati


Orang yang rendah hati biasanya disenangi banyak orang apalagi orang tersebut memiliki banyak kelebihan dan tidak bersikap sombong atas kelebihannya itu.


6. Tidak senang bergunjing


Orang yang suka bergunjing tidak disenangi banyak kawan . Ingatlah orang yang suka menggunjingkan kejelekan orang suatu saat dia pun akan menggunjingkan kejelekan kita di hadapan orang lain. Orang yang suka bergunjing akan berdosa, akibat lain dia tidak disenangi banyak orang.


7. Cerdas dan memiliki pengetahuan yang luas


Terus latihlah kemampuan berpikir kita dengan banyak membaca dan mencari informasi yang kita butuhkan. Orang yang memiliki pengetahuan luas biasanya menjadi tempat bertanya banyak orang.


8. Memiliki jiwa yang ikhlas


Lakukan segala kebaikan dengan ikhlas semata- mata hanya mengharap ridha Allah.


9. Pandai membagi waktu


Kita harus bisa membagi waktu mana waktu untuk diri sendiri dan mana waktu untuk mencari kebersamaan dengan orang lain.


10. Jujur


Orang yang jujur akan mudah mendapatkan kepercayaan.


11. Kompromi


Orang yang suka kompromi dan enak di ajak kerjasama biasanya disenangi banyak orang.


12. Memiliki etika, tatakrama dan sopan santun dalam pergaulan


Betapapun banyak kelebihan diri kita tanpa memiliki poin ini tetap tidak akan menimbulkan rasa senang dari orang lain. Biasakan senyum, salam, sapa, sopan dan santun dalam pergaulan.


13. Berpenampilan menarik


Berpenampilan menarik tidak harus mewah. Sederhana pun tetap menarik asal kita tetap rapi dan pandai mengkombinasikan perpaduan warna/ bentuk baju sesuai dengan waktu dan keperluan


Demikianlah sahabat saudaraku fillah.. Semoga uraian ini bermanfaat..


☆♥ ..☆♥..(¯`*•.¸☆♥♥☆¸.•*´¯)..☆♥..☆♥.

Selasa, 18 Oktober 2011

From Me To You (Lennon/McCartney)

If there's anything that you want,
If there's anything I can do,
Just call on me and I'll send it along
With love from me to you.

I've got everything that you want,
Like a heart that is oh, so true.
Just call on me and I'll send it along
With love from me to you.
I got arms that long to hold you
And keep you by my side.
I got lips that long to kiss you
And keep you satisfied, oooh.

If there's anything that you want,
If there's anything I can do,
Just call on me and I'll send it along
With love from me to you.

I got arms that long to hold you

And keep you by my side.
I got lips that long to kiss you
And keep you satisfied, oooh.

If there's anything that you want,
If there's anything I can do,
Just call on me and I'll send it along
With love from me to you.
To you, to you, to you.

Kamis, 13 Oktober 2011

Kata-Kata Bijak Dari Nabi Muhammad SAW dan Para Khalifah



Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.

Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia.

Makanlah Sebelum Lapar dan Berhentilah Sebelum Kenyang.

Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan.

Pahlawan bukanlah orang yang berani meletakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah.

Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian.

Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama.

Keluhuran budi pekerti akan tampak pada ucapan dan tindakan.

Orang yang berjiwa besar teguh pendiriannya, tetapi tidak keras kepala.

Ulurkan cintamu karena Tuhanmu dan tariklah cintamu karena Tuhanmu, anda tentu tak akan kecewa.

Cinta indah seperti bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja.

Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja.

Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan.

Ingatlah, boleh jadi manusia itu mencintai sesuatu yang membahayakan dirinya atau membenci sesuatu yang bermanfaat baginya. Mohonlah petunjuk-Nya.

Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.

Bekerja atas dorongan cinta akan terasa senang tiada jemu dan lelah.

Orang besar menempuh jalan kearah tujuan melalui rintangan dan kesukaran yang hebat.

Berbuat baiklah kepada orang lain seperti berbuat baik kepada diri sendiri.

Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna.

Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain.

Jika seseorang tidak mencintai anda janganlah dia anda benci, karena mungkin akan tumbuh benih cinta kembali.

Cinta akan menggilas setiap orang yang mengikuti geraknya, tetapi tanpa gilasan cinta, hidup tiada terasa indah.

Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan mengangkat anda dalam kehidupan.

Perjuangan seseorang akan banyak berarti jika mulai dari diri sendiri.

Jika rasa cinta terbalas, maka bersyukurlah karena Allah telah memberikan hidup lebih berharga dengan belas Kasih-Nya.

Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam aktivitas tunjukkan kemampuan Anda.

Tegas berbeda jauh dengan kejam. Tegas itu mantap dalam kebijaksana sedangkan kejam itu keras dalam kesewenang-wenangan.

Jika rasa cinta itu tak terbalas maka bersukurlah, karena anda akan dipilihkan Allah yang lebih baik.

Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas.

Sifat orang yang berlilmu tinggi adalah merendahkan hati kepada manusia dan takut kepada Tuhan.

Sumber :
kaskus.us

sambungan - berat

karna gue baik hati, murah hati, rendah hati, hati hati, main hati (?) #eh jd gue lanjutin deh postingan yg kemaren itu. tentang apa? ada yg masih inget kawan? pasti masih lah, karna gue tau kalian semua punya ingatan yg amejing :OO gak kaya gue ini-___-" gak mau banyak basa basi, to the point yg gue maksud berat disini itu ialah berat kalo suka sm DIA! tp berat juga buat ngelupain DIA! what i must to do? *bnrgaeh? yajadi kalo suka sm dia itu saingannya tak terhingga booo. gue milih nyerah aja deh :( tp yg jelas gue gak akan milih buat ngelupain dia karna itu beraaat banget rasanya u,u dan mungkin selamanya usaha itu bakalan sia-sia. gue mikirin kaya gini sampe nangis loh (buat kalian yg baca ini jangan ikutan nangis jg ya) cukup gue aja yg ngerasain betapa pahitnya menelan fakta yg ada (iyaiya gue tau kalian semua care dan pengen ikut nangis bareng, tp gak gini caranya) oke tulisan yg di dlm kurung itu anggap aja gak ada, jgn dibaca kalo perlu. nah gue tau kok bukan cuma gue aja yg ngerasain hal itu, you you pada juga mungkin pernah atau bahkan sedang merasakan hal seperti itu juga. mencintai tanpa dicintai itu emang menyakitkan. tp gada salahnya juga kan berbagi rasa cinta ke org lain. kalo seandainya kita selalu berharap org yg kita cinta balik cinta ke kita berarti namanya cinta kita itu PAMRIH! semata2 untuk mengharapkan balasan. pesen gue ganbatte kudasai banzai banzai! :)

Rabu, 12 Oktober 2011

berat

gue gak tau mau ngepost apaan-_- dari judulnya aja udah aneh. bener2 gamasuk akal (guekan gak punya akal gimana mau masuk ke akalnya *sumpah gue benci diri gue sendiri yg gajls gini) berat disini mencakup seluruh hal secara umum bisa dan khusus pun jg bisa (kalo gabisa, bisain aelah) tunggu........ jangan pada berpikiran negatif. bukan bukan berat badan yg gue maksud-.-" kalo soal berat badan jgn pernah diomongin lg! stop talking about that *wuanyir. berat guekan ngenes, makan banyak, ngemil banyak, buang aer kaga pernah hahaha *yg ini terserah keyakinan kalian aja mau percaya atoga. faktanya gue gak gemuk2, i don't know how or why #nyanyi. NB: sengaja kata2 bahasa inggrisnya gue warnain, biar bisa ngebuktiin ke seluruh dunia kalo gue bisa bahasa inggris. satu hal yg harus kalian camkan = JGN PERNAH NGATAIN KALO GUE INI CACINGAN! tp mungkin gue gak akan tersindir kok kalo mau pada ngatain juga, gue terima sangat terima! oke gue ngelantur padahal janjinya kan ga bakal omongin tentang berat tiiiit... *sensor (yg gue maksud berat "badan" knp gua pake nyebut kata itu lagi!?) iyak gue kasian sm kalian yg udh cape2 baca ini (kalo ada yg mau baca) tp ternyata kalian ga dapet 'sesuatu' dari postingan ini. itusih urusan lo, gue? mana peduli :O so? jd udah pada tau maksud dari postingan ini? mana suaranya? *krik *ssshh #rumput bergoyang. berat disini adalah jreng jeng jeng taratada........ berat kalo.................. BERSAMBUNG :p wahaha gue demen yg kaya gini

cerita pengalaman

Ususku dipotong
Karya Ayu Deswanti Rio Dingin X-5
Dulu ketika aku duduk di kelas 2 SD dan berusia 7 tahun, aku pernah mengalami pengalaman yang tak terlupakan hingga kini. Mengapa tak terlupakan? Ya, karena pengalaman tersebut berisi kisah yang menarik, menyedihkan, sekaligus mengharukan. Semua bercampur baur menjadi satu.
                Kisah ini dimulai di suatu malam yang sangat gelap, ketika seluruh orang-orang sedang terlelap dengan nyamannya di alam mimpi. Tetapi tidak denganku, tiba-tiba aku terbangun dari tidurku dan beranjak pergi menuju kamar mandi. Saat itu aku merasa mual sekali, seluruh isi perutku serasa diaduk-aduk. Tapi aku tetap berusaha bangun dan beranjak menjauhi tempat tidur. Ketika aku telah berada 1 m di samping tempat tidur, tiba-tiba saja rasa mual ini tidak dapat ditahan lagi. Seketika seluruh isi perutku keluar tanpa ada sisa sedikit pun. Aku pun memanggil nama kedua orang tuaku, sambil meringis kesakitan.
“Ummi! Abbi!” teriakku.
Hening, tak ada sahutan. Akupun berusaha menarik napas dan mengumpulkan sekuat tenaga, lalu memanggil mereka kembali.
“Mi! Bi! Sini! Cepet!” jeritku, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Isak tangis terdengar dari jeritanku
“Hmmm, kenapa nak?” sahut abbiku, sambil berjalan menuju kamarku.
“Astaghfirullah, kamu kenapa?” tanya ummiku dengan nada cemas.
“Gak tau, tadi tiba-tiba mual. Terus ya gini deh.” jawabku. Isak tangis terdengar dari nada bicaraku.
“Ya sudah, sini abbi bantu bangun. Tidur lagi ya nak? Biar nanti kamarmu kami yang bereskan.”
“Iya, tunggu ya nanti ummi buatkan teh manis.”
Orang tuaku sangat bertanya-tanya tentang apa yang terjadi, begitupun aku. Aku berusaha untuk memejamkan mata kembali. Sayangnya tidak bisa, karena rasa mual ini masih saja ada walaupun sudah ku muntahkan isi perutku. Selain itu aku juga merasa kasihan dengan orang tuaku, yang sepanjang malam mereka terjaga hanya untuk menemaniku.
                Haripun terus berlalu, sakitku tak kunjung membaik. Hingga di suatu malam, orang tuaku memutuskan untuk membawaku ke UGD. Kami pergi kesana, menyusuri malam yang temaram. Hanya ada cahaya dari sorot lampu jalanan dan beberapa kendaraan yang masih sibuk lalu lalang. Meskipun ada rasa sakit yang ku tahan, tapi tetap saja pandanganku tak bisa lepas dari keramaian kota di malam hari. Lama kelamaan pandanganku mulai terlihat kabur, rupanya aku telah menahan kantuk. Ku putuskan untuk tidur sejenak, mengistirahatkan seluruh anggota tubuhku. Hingga kami tiba, aku masih terlelap di pangkauan ibuku.
                Setibanya kami disana, aku langsung dilarikan ke UGD. Tapi ternyata aku masih harus bersabar untuk mendapatkan perawatan, dikarenakan dokter yang berjaga sedang ada urusan yang mengharuskan beliau untuk meninggalkan rumah sakit tersebut. Sambil menunggu beliau, orang tuaku dan para suster mengajakku untuk berbincang-bincang agar menghilangkan rasa bosanku. Para suster itu sangat ramah, rekahan bibir mereka tak pernah pudar. Untungnya, aku tidak diharuskan untuk bersabar terlalu lama. Setibanya dokter di ruangan tempat aku berbaring, beliau langsung mengambil alat-alat untuk memeriksaku. Tiba-tiba ada rasa takut menghampiriku ketika melihat jarum suntik. Aku menggenggam erat tangan ibuku dan untuk pertama kalinya aku merasakan sakitnya diambil darah.
                Setelah mendapatkan obat dari dokter, tanpa pikir panjang aku langsung mengajak orang tuaku untuk segera pulang. Saat melangkahkan kaki menjauhi rumah sakit, aku menahan langkah kedua orang tuaku. Akupun mulai muntah lagi untuk yang kesekian kalinya. Aku sudah tidak kuat, tidak ada makanan yang bisa ku keluarkan karena semuanya sudah habis kumuntahkan. Sakit sekali rasanya, sampai-sampai ada air mata yang tertahan di pelupuk mataku. Tak lama kami sudah di perjalanan pulang. Jalanan yang kami lewati sama dengan jalanan di awal. Yang beda hanya keramaian yang ada, ternyata semakin malam keadaan kota di malam hari justru semakin padat. Sepanjang perjalanan ku habiskan waktuku untuk tidur, kali ini aku tidur di pangkauan ayahku.
                Tibalah kami di rumah, orang tuaku langsung memaksaku untuk makan dan setelah itu minum obat yang diberikan dokter. Sudah hari kedua sejak kepergian kami ke rumah sakit, tapi masih saja tak ada perubahan yang terjadi padaku. Kami memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, kali ini aku tak kembali ke rumah sampai 2 minggu ke depan. Kenyataan yang harus aku terima bahwa aku harus diopname. Aku sudah membayangkan betapa menderitanya aku nanti. Pertama kalinya aku dirawat menimbulkan banyak tanda tanya di otakku, seperti apakah keadaannya nanti. Aku tidak akan pernah tau karena aku belum pernah menjalaninya. Dari sinilah kesabaranku mulai diuji hingga 2 minggu ke depan aku masih harus terus bersabar.
                Sampai sejauh ini aku belum tau penyakit apa yang ku derita. Dokter memvonis bahwa aku menderita sakit maag, tapi vonis itu belum dapat dipastikan dengan benar. Ketika itu, aku tidak tahu seperti apa sakit maag itu. Yang aku tahu, ayahku sangat menderita karena penyakit itu. Apa mungkin aku akan seperti beliau nanti? Lalu, kamipun pergi ke kamar tempat aku diopname. Ruangan yang tidak terlalu besar, tapi ku rasa cukup nyaman. Ah tapi yang jelas tidak senyaman jika berada di rumah sendiri.
                Hari itu adalah hari sabtu,hari dimana para dokter tidak ada yang bertugas. Orang tuaku pun kebingungan harus bagaimana lagi. Aku harus menunggu 2 hari ke depan untuk mendapatkan perawatan. Meskipun tak ada dokter, banyak perawat yang datang ke kamarku untuk memberikan sedikit pengobatan. Kata mereka, aku harus di USG. Entah mengapa, sebelum di USG aku harus meminum cairan yang berwarna merah muda dan kental seperti odol, aku tidak tahu namanya. Bagiku itu adalah minuman dengan rasa terburuk yang pernah aku minum. Dengan terpaksa akhirnya aku minum juga, sambil menangis karena rasanya yang benar-benar tidak enak.
                Setengah jam kemudian, ada dokter jaga yang masuk ke dalam kamarku. Dia memeriksa keadaanku dan berkata bahwa aku menderita usus buntu. Pernyataan itu sudah pasti dan harus langsung dilakukan operasi. Ternyata cairan yang tadi aku minum tidak ada gunanya,yang ada malah memperparah keadaanku. Pelaksanaan USG pun dibatalkan.
                Minggu dini hari adalah pelaksanaan operasinya. Aku melihat abbiku yang terpojok disisi kamar, beliau sedang menangis. Dan orang yang beliau tangisi adalah aku. Akupun ikut sedih melihat beliau. Lalu beliau pergi keluar kamar untuk menghindari tatapan mataku yang selalu mengawasinya.
“Nak, ajeng harus kuat ya? Yang sabar, Insyaallah operasinya berjalan dengan lancar. Ini pertama kalinya ummi melihat abbimu menangis. Kami selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” jelas ummiku panjang lebar. Tak ada jawaban dariku hanya gumaman kecil yang aku lakukan. Aku hanya bisa menatap kosong matanya. Kantung matanya mulai nampak jelas, butiran air mata membasuh pipinya yang merona. Aku tak tega melihat semua peristiwa ini, dengan sekuat tenaga aku meyakinkan diriku bahwa aku bisa melewati cobaan ini.
Saat berada di dalam ruangan operasi, jantungku mulai berdegup kencang saking ketakutan. Aku memperhatikan sekeliling ruangan tersebut, benar-benar tak ada yang menarik sedikit pun. Tak lama aku sudah tidak tahu apa-apa lagi, mungkin karena obat bius. Aku tak sadarkan diri sampai operasi telah selesai. Ketika terbangun aku menjerit dan menangis kesakitan. Saat itu, para perawat sedang mengganti jarum infusku. Akhirnya punggung tanganku berdarah karena tertusuk jarum suntik. Mereka berusaha menenangkanku, aku sedikit lebih tenang ketika ingat akan wajah kedua orang tuaku.
                Selesai operasi, aku ditempatkan di ruangan lain. Di dalam ruangan tersebutsangatlah panas, pengap, sesak, tak jauh beda dengan gudang. Aku tidak diijinkan untuk mengisi perutku. Padahal kerongkonganku sudah sangat kering sekali, terlebih dengan ruangan yang panas seperti ini.
                Beberapa jam kemudian, ada dokter yang membolehkanku untuk minum air putih sedikit demi sedikit. Kalau tahu begitu, harusnya dari awal memberitahuku. Aku ngedumel dalam hati. Setelah sekian lama aku berada di ruangan tersebut, akhirnya aku dapat kembali ke kamarku yang semula. Tapi bukan berarti aku sudah dibebaskan untuk menjejali isi perutku, karena tetap saja aku masih harus berpuasa makan sampai tiba saatnya nanti aku mengeluarkan gas. Rupanya aku masih diharuskan untuk bersabar. Ya walaupun begitu, aku tetap bersyukur karena operasi yang dilakukan berjalan dengan lancar.
                Hari demi hari telah berlalu,dan aku hanya bisa menjalankan aktifitasku diatas tempat tidur. Dua minggu di rumah sakit rasanya sudah cukup membuatku bosan. Dan atas izin dokter, akhirnya aku bisa kembali pulang ke rumah. Alhamdulillah, aku sudah sehat seperti sedia kala. Ini akan menjadi pengalaman yang berharga untukku. Aku harus bisa belajar dari pengalaman tersebut. Kini aku mulai menyadari arti pentingnya kesehatan. Aku juga harus membiasakan diri untuk menjaga kesehatan. Kesehatan selalu tampak lebih berharga setelah kita kehilangannya.

cerpeng

Senja di Kapal Laut
Ditulis oleh Ayu Deswanti - X-5
                Dulu waktu aku duduk di kelas 6 SD dan berusia sekitar 11 tahun, aku melaksanakan lebaran di kampung halamanku yaitu Lampung. Selama liburan disana, sangatlah menyenangkan. Aku bersama keluargaku melakukan kegiatan bersama-sama. Kami bersilaturahmi mengunjungi rumah sanak saudara. Sayangnya, aku tidak bisa berlama-lama disana. Dikarenakan orang tuaku yang harus kembali disibukkan oleh pekerjaannya. Dengan hati jengkel, aku kembali ke Jakarta.
                Biasanya saat-saat di kapal laut adalah saat yang kunantikan. Tetapi, tidak untuk kali ini. Entah mengapa aku belum puas berada disana. Terang saja, aku hanya berada disana selama 3 hari. “Hhh,” dengusku pelan tapi sepertinya kedua orang tuaku mendengarnya.
                “Kenapa nak?” tanya ummiku yang sibuk menatap layar ponselnya sambil menekan tombol-tombolnya. Entah apa yang sedang ia lakukan. Belum sempat ku menjawab, ummiku sudah mulai membuka mulutnya kembali. “Kami tahu, ajeng pasti masih ingin berada disini lebih lama lagi bukan?” tebak ummiku. Ya ajeng, begitulah panggilanku.
                “Sepertinya begitu,” jawabku datar sambil menatap ke luar jendela. Karena perasaanku sangat kesal terhadap orang tuaku, maka aku memutuskan untuk duduk membelakangi kedua orang tuaku.
                Abbiku berpikir untuk mencari kata-kata yang bisa meredakan suasana di antara kami. “Maafkan kami ya nak, ajeng kan tahu sendiri pekerjaan kami benar-benar tidak bisa ditinggalkan. Mungkin di lain waktu kita bisa kembali kesini,” kata abbiku memperlihatkan senyumnya.
                “Ya, abbimu benar. Ajeng kan sudah ummi peringatkan jauh-jauh hari agar tidak merasa kecewa saat tiba waktunya kita harus pulang,” Ummiku mengelus-ngelus punggungku. “Kau sudah besar nak, tolong mengertilah akan situasi yang seperti ini!” katanya lagi.
Tak ada jawaban dariku, karena kupikir semua perkataan orang tuaku tadi bukanlah suatu perkataan yang membutuhkan jawaban. Aku memutar balikkan tubuhku, dan tertunduk lemas. Saat ini kami semua sibuk dengan pikiran masing-masing. ‘Apa yang harus kulakukan sekarang? Seharusnya aku tidak bertindak seperti ini. Kasihan orang tuaku, mereka jadi terlihat sedih. Aku menyesal.’ gerutuku dalam hati.
“Mau mendengarkan musik?” tanya abbiku yang membuyarkan lamunanku.
“Tidak,” sahutku singkat.
“Nah ini pop mie-nya sepertinya sudah tidak panas lagi. Makanlah!” kata ummiku. Aku terheran mendengar ucapannya, ternyata aku sampai tidak menyadari kalau ummiku tadi berjalan meninggalkanku untuk membeli dua mangkuk pop mie.
“Hmm, ajeng mau ke kamar kecil dulu. Setelah itu nanti ajeng makan pop mie-nya,” aku tersenyum kecut ke orang tuaku. Aku berusaha menghindari mereka untuk menenangkan diri sejenak. Untung saja toiletnya tidak terlalu jauh, jadi aku tidak perlu takut karena berjalan sendirian. Oh iya, sebelumnya mereka sudah memberitahukanku letak seluruh ruangan di kapal ini.
Tak lama aku sudah kembali ke tempat dudukku. Terlintas di pikiranku untuk mengutarakan rasa penyesalanku, tapi kemudian aku buang pikiran itu jauh-jauh. Aku malu untuk mengakui semuanya.
Semakin lama hawa di ruangan bawah terasa pengap, sedikit sesak oleh penumpang yang kian bertambah. Aku mencoba mengatur nafasku yang mulai tidak beraturan. Ah bukan hanya itu, ombak laut yang bergemuruh kencang membuat kapal ini berguncang hebat. Perutku mulai tidak enak, sepertinya perutku juga ikut berguncang. Aku memutuskan untuk memberitahu keadaan perutku. Sekarang sikapku perlahan-lahan sudah mulai kembali seperti biasa.
“Mi, Abbi!” seruku manja. “Ajeng mual nih,”
“Mual? Yah mungkin karena guncangan disini terlalu berasa,” abbi menatapku sambil mengerutkan keningnya. Ia berusaha memutar otaknya untuk mencari solusi. “Mmm, kalau tidak salah diatas ada ruangan terbuka deh. Sebaiknya kita kesana saja. Bagaimana?” tanya abbiku.
“Boleh, lagipula disini terlalu pengap. Ummi tidak tahan,” ummi bangkit dari tempat duduk. “Ayo bangun nak! Kita pindah ke atas!” ajak ummi padaku.
Sepertinya aku tidak perlu menjawab pertanyaan abbiku karena segala jawabanku sudah diutarakan oleh ummiku. Maka aku hanya memutuskan untuk berdiri tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saat ku mencoba berdiri, aku terduduk kembali. Guncangannya terlalu besar, akhirnya dengan uluran tangan abbiku aku berhasil bangkit dari tempat dudukku.
Setibanya di atas, bibirku langsung merekah begitu saja. Entah mengapa aku merasakan kenyamanan yang begitu mendalam. Angin yang berdesir mesra ke arahku seakan-akan bisa kusentuh. Kurasakan bulu kudukku berdiri tegak. Akupun bisa melihat ombak-ombak berlari kecil ditengah-tengah luasnya selat Sunda ini. Pulau-pulau kecil juga nampak sangat jelas. Matahari memancarkan sinarnya dengan lembut. ‘Aku betah berada disini!’ jeritku tertahan. Aku berfoto ria bersama keluargaku.
“Bagaimana enak bukan berada disini?” tanya abbiku sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Mm,” aku bergumam kecil sambil menganggukan kepala. Kekesalanku yang sedari tadi seketika lenyap begitu saja tanpa sisa. Lalu aku berjalan ke sisi menatap ombak lekat-lekat. Ada yang janggal dari ombak itu. ‘Itu dia!’ pekikku dalam hati. ‘Ada beberapa sampah yang tergenang, merusak pemandangan saja. Seharusnya sebagai manusia yang sudah ditakdirkan menjadi khalifah di muka bumi dapat menjaga kelestarian alam. Bukannya mencemarkan lingkungan seperti ini!’ rutukku kemudian.‘Sudahlah aku tidak bisa berbuat apa-apa, selain berdoa agar manusia yang membuat kerusakan dibukakan mata hatinya.’ Kataku masih dalam hati berusaha mengendalikan emosi.
Tiba-tiba aku tersadar, matahari sudah berada di ufuk barat dan mulai meninggalkan sinarnya. Warna kuning keemasan berubah menjadi kemerah-merahan. Aku terperanjat, sebentar lagi aku akan menyaksikan matahari terbenam. Senangnya bukan main hati ini, kala itu pertama kalinya aku melihat matahari terbenam dengan sangat jelas. Burung-burung kecil mulai beterbangan, mungkin ingin ikut menyambut matahari yang terbenam. Aku mencoba menghitung mundur, dan akhirnya senja mulai sirna. Aku berdecak kagum melihat pemandangan tersebut. Mulutku menganga lebar. Sekarang, senja sudah digantikan oleh gelapnya malam.
“Tampaknya kau gembira sekali. Daritadi ummi lihat senyummu tidak pernah pudar.”ucap ummiku.
“Ya, bahkan sangat gembira. Sangat sangat gembira. Tapi sayang, hanya bisa dinikmati untuk sekejap,” kataku.
“Biarpun begitu kan kita tetap bisa melihat pemandangan di malam hari. Coba lihat sekelilingmu, tak jauh berbeda dengan keindahan matahari terbenam kan?” kata abbiku mencoba menghiburku.
Aku menatap sekeliling, berusaha memfokuskan pandanganku dan berkata “Abbi benar, lihat itu! Lampu-lampu berwarna-warni menghiasi rumah penduduk. Dan...ada bintang!” aku menunjuk kepada bintang yang paling terang. “Tunggu dulu, itu artinya kita sudah tiba di pelabuhan bukan? Ah iya memang benar, ajeng baru menyadarinya,” gumamku pada diri sendiri. Kali ini mereka tidak mengatakan apa-apa hanya menatapku lekat-lekat. Tapi aku tak balas tatapan mereka, aku sibuk memperhatikan bintang di
hamparan langit yang luas.
Kemudian, kapal sudah menepi. Sekarang kami sudah berada di daratan. Aku berjalan beriringan dengan kedua orang tuaku. Aku berada diantara mereka, mereka menggandeng tanganku dengan erat. Sunyi diantara kami, yang terdengar hanyalah langkah kaki kami. Sebisa mungkin aku memecah kesunyian.
Aku membuka mulut “Ummi! Abbi! Ajeng minta maaf soal kejadian tadi di kapal,” kataku pelan, tapi semoga saja mereka bisa mendengarnya dengan jelas. Karena aku tidak mau mengulang kalimat itu lagi.
“Sudahlah tidak perlu meminta maaf begitu, kami mengerti kok nak,” jawab ummiku sambil tersenyum lebar dan memperlihatkan giginya. “Yang terpenting saat ini kau sudah bisa kembali tersenyum,” lanjut ummiku.
“Jadikan ini semua sebagai pelajaran hidup! Jangan diulangi lagi perbuatan seperti ini!” tegas abbiku.
Aku hanya tertawa kecil, aku bersyukur sekali hari ini. Meskipun melelahkan dan sepertinya aku juga langsung terserang flu. Pasti karena kelamaan terkena angin laut apalagi hari sudah semakin larut. Angin darat tak kalah kencang hembusannya. Tak apalah, setibanya di rumah aku bisa langsung beristirahat. Aku tak sabar ingin cepat masuk sekolah dan menceritakan semuanya kepada teman-temanku. Sungguh pengalaman yang takkan pernah kulupakan seumur hidupku.